Selama pandemi COVID-19, mahasiswa menghadapi tantangan besar dalam mencari informasi kesehatan yang dapat dipercaya di tengah derasnya arus informasi daring.
Penelitian yang dilakukan oleh Esra Abdoh di Universitas Taibah, Arab Saudi, mengungkap berbagai dinamika pencarian informasi kesehatan secara daring dan tingkat literasi kesehatan digital mahasiswa.
Masalah Utama: Infodemik COVID-19
Pandemi COVID-19 tidak hanya membawa dampak kesehatan tetapi juga menimbulkan “infodemik” — ledakan informasi yang sulit diverifikasi kebenarannya.
Mahasiswa, sebagai kelompok pengguna teknologi yang aktif, sangat rentan terhadap efek negatif dari informasi yang salah.
Mereka menghabiskan banyak waktu mencari informasi terkait COVID-19, seperti gejala, langkah pencegahan, dan pembatasan sosial.
Sumber Informasi Utama Mahasiswa
Penelitian ini melibatkan survei terhadap 306 mahasiswa dan wawancara dengan 17 responden.
Hasilnya menunjukkan bahwa mesin pencari (Google, Bing, Yahoo), media sosial (Twitter, Instagram, Facebook), dan YouTube adalah sumber utama yang digunakan untuk mencari informasi terkait COVID-19.
Mayoritas responden menganggap mesin pencari sebagai sumber yang paling mudah diakses dan informatif.
Namun, media sosial juga menjadi pedang bermata dua. Meskipun mudah digunakan, media ini sering kali menjadi saluran penyebaran informasi yang tidak dapat diverifikasi.
Sebagai contoh, grup WhatsApp tertentu berbagi informasi tentang pengobatan alternatif yang belum terbukti secara ilmiah.
Topik yang Paling Dicari
Mahasiswa cenderung mencari informasi tentang:
- Gejala COVID-19 (95,8%)
- Pembatasan sosial (84,3%)
- Penyebaran virus (79,4%)
- Langkah pencegahan individu, seperti mencuci tangan dan memakai masker (74,8%)
Selain itu, beberapa mahasiswa mencari cara untuk mengatasi stres psikologis akibat pandemi, serta informasi terkait vaksin dan efektivitasnya.
Tingkat Literasi Kesehatan Digital Mahasiswa
Penelitian ini menggunakan skala literasi kesehatan digital untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi daring.
Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat literasi kesehatan digital yang cukup baik, terutama dalam kemampuan mencari informasi dan menambah konten sendiri.
Namun, banyak yang masih kesulitan menentukan relevansi informasi yang ditemukan.
Implikasi Penelitian
Penelitian ini menyoroti perlunya pendidikan literasi kesehatan digital di kalangan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam:
- Memilah informasi yang dapat dipercaya.
- Menghindari dampak negatif dari informasi yang salah.
- Mengambil keputusan kesehatan yang tepat.
Universitas dapat mengintegrasikan literasi kesehatan digital ke dalam kurikulum untuk membantu mahasiswa menghadapi tantangan di masa depan, terutama dalam situasi darurat kesehatan.
Kesimpulan
Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran penting tentang bagaimana informasi kesehatan harus dikelola dan disebarluaskan.
Dengan meningkatkan literasi kesehatan digital, mahasiswa dapat lebih siap menghadapi infodemik dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan mereka. (at/jrn)
Judul Asli Jurnal: Online Health Information Seeking and Digital Health Literacy among Information and Learning Resources Undergraduate Students
Penulis: Esra Abdoh
Sumber: The Journal of Academic Librarianship, Volume 48 (2022), https://doi.org/10.1016/j.acalib.2022.102603