Apakah Intermitten Fasting (IF) dan Olahraga Solusi Efektif untuk Menurunkan Berat Badan?

Tim Redaksi

Intermitten Fasting (IF) dan Olahraga Solusi Efektif untuk Menurunkan Berat Badan

sehatnews – Menjaga berat badan ideal dan proporsi lemak tubuh yang sehat adalah elemen penting dalam menunjang kesehatan.

Penelitian terbaru menemukan bahwa menggabungkan olahraga dengan metode puasa intermiten, terutama makan terbatas waktu (time-restricted eating), dapat memberikan manfaat tambahan dibandingkan olahraga tanpa pembatasan waktu makan.

Apa Itu Time-Restricted Eating?

Time-restricted eating adalah jenis puasa intermiten yang membatasi asupan makanan dalam periode tertentu setiap hari, seperti 4–12 jam, sementara sisa waktu dihabiskan untuk berpuasa.

Penelitian menunjukkan metode ini dapat membantu menurunkan berat badan, meningkatkan sensitivitas insulin, dan memperbaiki komposisi tubuh.

Studi sistematik yang dipublikasikan di International Journal of Obesity menganalisis data dari 15 penelitian dengan 338 peserta.

Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang menggabungkan olahraga dengan pembatasan waktu makan mengalami penurunan massa lemak rata-rata 1,3 kg dan pengurangan persentase lemak tubuh sebesar 1,3% dibandingkan kelompok yang hanya berolahraga tanpa pembatasan waktu makan.

Bagaimana Kombinasi Ini Bekerja?

Metode ini bekerja dengan memanfaatkan puasa untuk mengoptimalkan metabolisme tubuh, sementara olahraga mempercepat pembakaran kalori.

Dalam studi tersebut, para peserta menjalani berbagai jenis olahraga, termasuk aerobik, latihan kekuatan, atau kombinasi keduanya, selama periode makan yang diperbolehkan.

Hasilnya menunjukkan bahwa pembatasan waktu makan dapat memberikan keuntungan signifikan meskipun kecil dalam mengurangi lemak tubuh.

Namun, tidak ada perbedaan signifikan dalam massa bebas lemak antara kelompok yang melakukan puasa intermiten dan kelompok kontrol.

Keterbatasan Penelitian

Peneliti mencatat beberapa keterbatasan dalam studi ini:

  1. Durasi Singkat: Sebagian besar penelitian berlangsung 4–12 minggu, sehingga efek jangka panjang belum dapat dikonfirmasi.
  2. Subjek Terbatas: Mayoritas peserta adalah orang sehat dengan BMI normal hingga kelebihan berat badan ringan, sehingga hasilnya mungkin tidak berlaku untuk individu obesitas.
  3. Pelaporan Mandiri: Data asupan makanan dan kepatuhan terhadap metode ini didasarkan pada pelaporan peserta, yang rentan terhadap bias.

Apa Kata Para Ahli?

Dr. Remy Neville, seorang internis di New York, mengatakan bahwa pendekatan ini sederhana dan efektif, terutama bagi pasien yang ingin memperbaiki kesehatan dan mengelola berat badan. Namun, ia mengingatkan bahwa strategi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Ahli diet Kalyn True juga menyoroti pentingnya studi lebih lanjut untuk memahami pengaruh jangka panjang dari metode ini.

Ia menyarankan agar program penurunan berat badan mencakup pemantauan ketat terhadap pola makan dan aktivitas fisik pasien.

Apakah Time-Restricted Eating Cocok untuk Semua Orang?

Metode ini mungkin cocok untuk sebagian orang, tetapi tidak untuk semua. Faktor seperti usia, tingkat aktivitas, kondisi kesehatan, dan preferensi individu memengaruhi efektivitasnya.

Ryan Glatt, pelatih kesehatan di Pacific Neuroscience Institute, menekankan pentingnya pendekatan personalisasi.

“Meskipun metode ini menjanjikan, bukti ilmiah yang ada belum cukup untuk memastikan keunggulannya dibandingkan metode tradisional seperti pengendalian kalori dan olahraga rutin,” jelasnya.

Langkah ke Depan

Meski menjanjikan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana metode ini memengaruhi komposisi tubuh dalam jangka panjang.

Penelitian masa depan juga harus mencakup kelompok peserta yang lebih beragam dan pengukuran yang lebih objektif terhadap pola makan dan perubahan tubuh. (*)

Jangan Lewatkan:

Bagikan: