Hari Pendengaran Sedunia 2025, Kemenkes Gencarkan Kampanye Pencegahan Gangguan Pendengaran

Tim Redaksi

Ilustrasi Pendengaran

Jakarta, sehatnews – Dalam rangka memperingati Hari Pendengaran Sedunia (World Hearing Day/WHD) 2025, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan telinga dan pendengaran.

Peringatan ini menjadi momentum penting dalam mendukung upaya global Sound Hearing 2030 guna menekan angka gangguan pendengaran di dunia.

Pada Media Briefing yang digelar, Plt. Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, dr. Yudhi Pramono, menegaskan pentingnya kesadaran dini terhadap gangguan pendengaran.

Tema internasional WHD 2025, “Changing Mindsets: Empower Yourself! Make Ear and Hearing Care a Reality for All!”, diterjemahkan dalam tema nasional “Cegah Gangguan Pendengaran, Ayo Peduli”, yang menekankan pentingnya pencegahan dan deteksi dini.

Menurut data WHO, lebih dari 1,57 miliar orang di dunia mengalami gangguan pendengaran. Bahkan, pada 2050, angka ini diperkirakan meningkat menjadi 2,5 miliar.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi disabilitas pendengaran mencapai 0,4% dengan tingkat penggunaan alat bantu dengar sebesar 4,1%.

“Artinya, 4 dari 100 orang di Indonesia adalah pengguna alat bantu dengar. Ini menunjukkan bahwa angka disabilitas akibat gangguan pendengaran cukup tinggi di Indonesia,” ungkap dr. Yudhi.

Sebagai bentuk intervensi, pemerintah menerapkan empat strategi utama, yakni promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus, dan penanganan kasus.

Kemenkes juga telah menginisiasi program pemeriksaan kesehatan gratis di puskesmas, termasuk layanan skrining pendengaran bagi masyarakat.

Ketua Umum Pengurus Pusat PERHATI-KL, dr. Yussy Afriani Dewi, menambahkan bahwa jika tidak ada upaya pencegahan, jumlah penderita gangguan pendengaran akan terus meningkat, berdampak pada kualitas hidup serta beban ekonomi yang besar.

Untuk itu, dr. Yussy mendorong masyarakat agar lebih waspada terhadap faktor risiko seperti paparan suara bising, infeksi telinga, serta penggunaan obat ototoksik.

“Sebanyak 60% gangguan pendengaran sebenarnya bisa dicegah. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat sejak dini,” ujarnya.

Selain kampanye edukasi, Hari Pendengaran Sedunia 2025 di Indonesia juga diwarnai dengan berbagai kegiatan, seperti skrining gratis, seminar kesehatan, serta pelatihan bagi tenaga medis untuk meningkatkan layanan kesehatan telinga dan pendengaran. (*)

Jangan Lewatkan:

Bagikan: